25 Mahasiswa Singapura Belajar Kerajinan Tangan di Tegalwaru

25 Mahasiswa Singapura Belajar Kerajinan Tangan di Tegalwaru

Media Online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Singapore Polytechnic (SP) menghelat program bersama di Desa Tegalwaru, Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 25 mahasiswa UMJ mendampingi 25 mahasiswa SP dalam melakukan program  yang berlangsung 19-30 Maret itu.

Berdasarkan siaran pers yang disampaikan kepada Republika.co.id,  Jumat (25/3), Program Learning Express (LeX) antara mahasiswa UMJ dengan mahasiswa SP itu memilih desa Tegal Waru, Bogor, yang merupakan desa pembuat kerajinan tangan. Di sana mahasiswa SP dan UMJ akan belajar cara membuat kerajinan tangan bersama warga masyarakat yang ada di lokasi tersebut.

Mahasiwa SP dan UMJ akan berada di desa Tegal Waru selama empat hari dan bermalam di rumah penduduk di desa tersebut. Lalu mereka akan kembali ke Kampus UMJ untuk melakukan diskusi tentang hasil observasi mereka dan melakukan Design Thinking (DT) dan Empathy Study bersama.

Selama berada di Kampus UMJ, mahasiswa SP bermalam di Asrama Mahasiswa UMJ. Program LeX ini didampingi oleh empat dosen pendamping dari Fakultas Agama Islam UMJ dan tiga dosen pendamping dari SP. Program ini yang pertama dilakukan di UMJ, dan kerja sama ini akan berkesinambungan setiap tahun.

Acara pembukaan Program LeX dilakukan di Aula Pascasarjana UMJ pada hari Senin, 19 Maret 2018 dan dibuka oleh Rektor UMJ, Prof. Dr. Syaiful Bakhri, SH, MH. Pembukaan ini juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Agama Islam UMJ, Rini Fatma Kartika, MH dan Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) UMJ, Endang Zakaria, MH.

Menurut Kepala KUI UMJ, Endang Zakaria, program LeX antara UMJ dengan SP ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat bersama antara mahasiswa kedua lembaga pendidikan tinggi. Program ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk belajar bersama masyarakat dalam membuat kerajinan tangan. Terlebih pembuatan kerajinan tangan menjadi pengalaman pertama bagi mahasiswa SP di Indonesia.

Sumber :
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/sang-pencerah/18/03/23/p60zez423-25-mahasiswa-singapura-belajar-kerajinan-tangan-di-tegalwaru

Sang Pelopor kampung Bisnis dari Tegal Waru

Sang Pelopor kampung Bisnis dari Tegal Waru

Media Online

Lewat ketekunan dan semangat pengabdian, Tatiek Kancaniati berhasil mengubah wajah kampung yang mulanya mati dari geliat bisnis menjelma sebagai kampung wisata. Berkat usaha kerasnya pula Desa Tegal Waru kini mampu menyedot pengunjung dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sekolah, mahasiswa, ibu-ibu PKK, majelis taklim, hingga pebisnis dari seluruh Indonesia.

Lahir dan besar di Desa Tegal Waru, Bogor, membuat Tatiek hapal betul dengan pola kehidupan kaum perempuan di kampung halamannya. Tatiek melihat fenomena dari teman semasa kecilnya, tua sebelum waktunya. Meskipun banyak yang mempunyai usaha rumahan, banyak juga yang putus sekolah lalu menikah. Selanjutnya hanya menjadi ibu rumah tangga tanpa punya keterampilan, dan ada juga yang bekerja dengan upah rendah. Melihat kenyataan inilah, Tatiek mulai berpikir ingin menjadi motor penggerak pengembangan wanita pedesaan. Dengan mendirikan Yayasan Kuntum (Kreativitas Usaha Unit Muslimah) Indonesia tahun 2006, Tatiek memberdayakan ekonomi perempuan desanya dengan memberikan berbagai pelatihan keterampilan untuk usaha rumahan sehingga isu pernikahan dini serta putus sekolah bisa terpecahkan. Namun, karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman, kegiatan Yayasan Kuntum Indonesia tidak berjalan semestinya.

NOOR STAR

Kegagalan tak menyurutkan langkah perempuan kelahiran 1 Oktober 1974 ini. Setelah menyelesaikan pendidikannya dan mengikuti program social entrepreneur leader, Tatiek kembali bersemangat untuk memperbaiki kualitas kesejahteraan perempuan di kampungnya dengan melakukan pemetaan dan menentukan prioritas kegiatan. Ia terus bersilaturahmi dan melakukan pendampingan kepada masyarakat, baik dalam bentuk modal usaha, manajemen, dan pemasaran produk. Karena masyarakat Tegal Waru umumnya adalah pebisnis yang mempunyai usaha rumahan, Tatiek akhirnya menggagas sebuah Kampung Wisata Bisnis Tegal Waru. Dia pun mulai memahami psikologi masyarakat pedesaan yang sebetulnya mudah dirangkul asalkan dilakukan dengan pendekatan silaturahmi yang baik.

Di sela kesibukannya yang padat, Tatiek menyempatkan waktu berbincang dengan NooR. Berikut kutipannya:
Mengapa ibu begitu ingin menjadikan kampung Tegal Waru sebagai pusat usaha dan kapan tercetusnya?

Sebagai perempuan dan tinggal di desa, saya mempunyai impian mengubah wajah desa menjadi lebih berwarna, lebih mandiri secara finansial. Saya tidak ingin melihat banyak perempuan yang menikah muda dan tak jarang menjadi janda di usia belia. Saya juga melihat warga desa sebenarnya gemar berbisnis, tapi tidak mampu mengembangkan bisnisnya. Salah satu contohnya banyak industri rumahan yang membuat selai kelapa, tapi air kelapa, arang, dan dagingnya tidak dimanfaatkan. Padahal, itu bisa dibikin nata de coco, arang, hiasan bunga, dan kancing. Kebanyakan dari mereka tidak tahu mengenai pemanfaatan limbah. Hal inilah yang membuat saya harus memutar otak untuk memberdayakan mereka.

Teks: Shiera Heltiani | Foto: Shiera Heltiani & Dok. pribadi | Stylist: Maya

 

Baca selengkapnya di Majalah NooR Volume XII tahun 2014

PEREMPUAN PELOPOR KAMPUNG WISATA

PEREMPUAN PELOPOR KAMPUNG WISATA

Media Online

Bogor, Konde.co – Jika Anda jenuh dengan rutinitas yang tiap hari melulu melakukan aktivitas yang sama, atau penat menghadapi kemacetan Jakarta, cobalah datang ke kampung ini.

Kampung Tegalwaru, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Kampung yang lokasinya tak jauh dari Kampus Institut Pertanian (IPB) Bogor ini memberikan perspektif berbeda tentang sebuah wirausaha, kampung, dan semangat warganya.

Berwisata di kampung yang masih asri, sejuk, dan tenang ini Anda akan disuguhi aneka macam usaha yang dibangun dari semangat yang luar biasa warganya.

Siang itu cuaca cukup terik. Odong-odong yang dinaiki para pengunjung berkaos orange sebanyak 15 orang berputar-putar, turun dari satu tempat ke tempat lain. Karena jumlah peserta sebanyak 30 orang lebih odong-odong terpaksa harus bolak-balik menjemput dan mengantar para pengunjung Kampoeng Wisata Bisnis Desa Tegalwaru yang berasal dari sebuah perbankan.

Biasanya ada dua odong-odong yang mengantarkan pengunjung. Namun hari itu satu odong-odong mengalami kerusakan, jadi terpaksa hanya satu odong-odong berwarna hijau yang bisa beroperasi.

Di antara para pengunjung terdapat seorang perempuan berjilbab yang senantiasa mendampingi dan menjawab segala pertanyaan para pengunjung tentang sentra usaha di Desa Tegalwaru. Dia adalah Tatiek Kancaniati (42). Pendiri dan pelopor Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru.

Nama Tatiek di desa dengan jumlah penduduk sekitar 12.123 jiwa ini cukup familiar. Apalagi di mata para pemilik usaha di Desa Tegalwaru. Badrusalam atau yang akrab disapa Ibad (52), pemilik gerai Midpertas misalnya. Ia mengenal Tatiek sudah cukup lama, apalagi ibu dua anak ini merupakan warga setempat. Namun kedekatannya mulai intens sejak Tatiek membuat gagasan mendirikan Kampoeng Wisata Bisnis.

Ibad bercerita UKM yang ia dirikan pada 1998 mulanya hanyalah sebuah usaha rumahan yang hanya membuat tas satu dua buah. Ia terpaksa membuat tas karena tempat kerjanya di Jakarta hangus dari amukan massa saat peristiwa huru-hara 98.

“Saya tak berani berangkat ke Jakarta karena takut,” katanya kepada penulis.

Tak ingin menganggur terlalu lama juga karena dapur harus tetap mengepul Ibad berinisiatif membuka usaha sendiri. Kala itu ia tak memiliki mesin jahit. Ia meminjam saudaranya untuk membuat tas. Tas buatannya ia titipkan ke toko-toko penjualan tas di sekitar Bogor. Hingga suatu hari di tahun 2001 sebuah perusahaan mengajaknya bekerjasama dan bersedia mendanai usahanya.

Perlahan usaha Ibad berkembang. Ia mempekerjakan 100 lebih pekerja yang khusus membuat tas. Namun Ibad mengaku mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya. Lantas pada 2010 Tatiek mengajak UKM-nya bersama-sama belasan UKM lainnya untuk bergabung menjadi salah satu tujuan wisata bisnis.

Tatiek kemudian menawarkan program dengan menjadikan Desa Tegalwaru sebagai Kampoeng Wisata Bisnis supaya UKM di desanya dikenal masyarakat di luar Tegalwaru. Kini, sejak kampungnya menjadi kampung wisata bisnis usaha Ibad terus berkembang. Dalam sepekan ia bisa mendapat pesanan 300 lusin atau sekitar 1.000 lusin tas setiap bulannya.

“Saya merasakan manfaat langsung  usaha bu Tatiek yang mendirikan Kampoeng Wisata Bisnis. Karena produk saya akhirnya dikenal banyak orang,” ujarnya.

Dari usahanya dalam sebulan Ibad menerima omzet ratusan juta rupiah. Dan  empat tahun belakangan ia telah memiliki gerai yang diberi nama Midpertas untuk memasarkan tasnya. Lokasinya tepat berada di seberang depan rumah yang digunakan sebagai tempat pembuatan tas. Jadi, setelah mengetahui proses pembuatan tas para pengunjung bisa melihat langsung hasilnya di gerai. Harga tas yang dipatok juga relatif murah, berkisar Rp 40 ribu hingga Rp 300 ribu.

Tak hanya Ibad yang mendapat banyak manfaat dari pembentukan Kampoeng Wisata Bisnis di desanya. Sutiah (62), pengelola kebun herbal ‘Imah Sehat’ juga memberikan pengakuan yang sama. Ia mengatakan, sebelum ada Kampoeng Wisata Bisnis, kebun herbal beserta hasil pengolahan obat-obatan herbal yang ia namai Sari Sehat hanya diketahui masyarakat sekitar. Namun, kondisinya berubah pesat begitu Kampoeng Wisata Bisnis dibentuk.

Saat ini produk tanaman herbalnya dikenal luas dan banyak masyarakat di luar Bogor dan Jakarta bahkan sampai Hong Kong memesan produknya.

 

Sumber : Konde.co

Kunjungan ke Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru

Kunjungan ke Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru

Media Online

Pada tanggal 20 Februari 2013 lalu, Yayasan Pandu Cendekia bersama dengan PT. Indolearning melakukan kunjungan ke Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, Bogor. Kunjungan ini pertama dilakukan oleh Yayasan Pandu Cndekia dan kawan-kawan dari Indolearning. Kampoeng Wisata Bisnis merupakan kegiatan pengembangan bisnis dan pemberdayaan masyarakat yang dipelopori oleh ibu Tatiek. Beliau telah melakukan kegiatan ini semenjak dua tahun yang lalu.

 

Dalam bincang-bincang dengan bu Tatiek, beliau menceritakan bagaimana kegiatan ini dimulai. Cukup banyak cobaan, rintangan dan kendala-kendala yang dihadapi, tapi beliau mampu menghadapinya dengan bersabar. Selama dua tahun, Kampoeng Wisata Bisnis dengan kegiatan usahanya telah memiliki omzet sebesar dua milyar rupiah perbulan, sebuah angka yang cukup besar.

 

Kampoeng Wisata Bisnis bukan hanya melakukan kegiatan usaha tapi juga mengadakan pelatihan-pelatihan usaha bagi masyarakat umum yang ingin melakukan usaha sesuai dengan pelatihan yang diadakan. Sudah cukup banyak pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Kampoeng Wisata Bisnis, baik dilokasi tempat kegiatan Kampoeng Wisata Bisnis berada, atau di lokasi lain sesuai dengan permintaan peserta pelatihan.

 

Melihat keberhasilan bu Tatiek dalam mengembangkan usaha yang berbasis pemberdayaan masyarakat menginspirasi kami sebagai sebuah Yayasan yang juga memiliki basis yang sama untuk mengadopsi kegiatan Kampoeng Wisata Bisnis untuk diaplikasikan ditempat lain yang menjadi basis pemberdayaan Yayasan Pandu Cendekia. insyaAllah dalam waktu dekat Yayasan Pandu Cendekia akan memulainya dengan mengadakan pelatihan usaha yang diikuti oleh para orang tua atau wali anak asuh YPC yang kemudian ditindak lanjuti dengan kegiatan usaha yang disponsori oleh Yayasan Pandu Cendekia.

 

Mudah-mudahan kegiatan ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya para peserta, sehingga mereka dapat hidup mandiri dan terhindar dari ketergantungan bantuan lembaga-lembaga sosial,bahkan diharapkan mereka mampu ber metamorfosa dari mustahik menjadi muzakki, amin.

 

Sumber : Pandu Cendekia

Kampung UKM Digital Wisata Tegalwaru

Kampung UKM Digital Wisata Tegalwaru

Media Online

Kampung Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, kini menjelma sebagai kampung wisata yang mampu menyedot pengunjung dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sekolah, mahasiswa, ibu-ibu PKK, majelis taklim, hingga para pebisnis dari seluruh Indonesia. Para pengunjung bisa menikmati nuansa pedesaan di Tegalwaru, sekaligus melihat langsng proses produksi berbagai lini bisnis berbasis home industry.

Berlokasi di Kampung Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Bogor, Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi urat nadi perekonomian desa. Mulai dari kerajinan sampai dengan kuliner yang ada di desa ini menjadikan Kampung Tegalwaru sebagai sentra UKM di kota Bogor.

Kerajinan yang diproduksi di Kampung Wisata Tegalwaru antara lain: wayang golek, gendang, pandai besi, tas, ukiran, sandal, anyaman, jaket, kerudung. Sedangkan untuk kuliner yaitu makanan ringan/snack, pindang, jamu dan obat herbal. Total UKM yang ada di kampung ini berjumlah sekitar 2000 UMKM.

Dari berbagai macam barang dan jasa yang dihasilkan biasanya dijual melalui toko-toko yang ada di Kampung Tegalwaru, Ciampea maupun orderan yang datang dari luar kota, bahkan sudah sampai luar negeri!

Untuk mengakomodir kepentingan para pengrajin/UMKM dan juga membina pengetahuan dan skill pengrajin, di Kampung Wisata Tegalwaru dibentuk komunitas bernama ‘Kampung Bisnis’. Banyak kegiatan yang dilakukan, misalnya mengikuti pameran di Jabotabek maupun luar daerah, sosialisasi seputar wirausaha/bisnis maupun pelatihan kepada para UKM.

 

Sumber : Kampung UKM Digital

Bukan Kampung Biasa: Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru

Bukan Kampung Biasa: Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru

Media Online

Bogor (20/7) Pagi itu tampak mendung, tapi tidak mengurangi semangat para teman-teman Sociopreneur yang hadir menuju Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Pukul 9.30 lebih teman-teman Sociopreneur sampai di Desa Tegalwaru.

1Disambut oleh teman-teman dari Kampung Wisata dan Ibu Tatiek, teman-teman Sociopreneur langsung mengisi buku tamu dan duduk dipendopo dari bambu.

Acara dibuka dengan beberapa sambutan dan dilanjutkan dengan persentasi Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru oleh Ibu Tatiek.

2Ibu Tatiek sebenarnya sudah melihat Desa Tegalwaru ini memiliki potensi sebagai Kampung Wisata sejak lama. Banyaknya wirausaha yang dilakukan penduduk-penduduk di Desa Tegalwaru adalah salah satunya. Ibu Tatiek sendiri sudah memiliki usaha Nata de Coco, jadi dibentuklah Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.

Ibu Tatiek berkisah, ujian ketika awal mengelola Kampung Wisata ini cukup berat. Dia mengaku sempat berhadapan dengan oknum aparat yang memeras Yayasan Kuntum yang mengelola kampung tersebut. “Dengan gaya preman, jegal kegiatan dengan menyebarkan isu kalau yayasan saya tanpa izin” ujarnya.

Banyak sekali tantangannya dalam mengelola Kampung Wisata ini, tapi alhmadulillah dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan. Inti dari apa yang disampaikan Ibu Tatiek. Sampai saat ini Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru telag dikunjungi sekitar 15.000 orang, omzet total yang didapat pelaku UKM di Tegalwaru mencapai Rp 2,2 miliar per bulan.

Di Kampung Wisata ini teman-teman Sociopreneur mengunjungi 3 Wirausahawan. MT Farm (Ternak Sapi, Kambing dan Ikan),

3Pengrajin Tas (Pabrik dan Toko)
Toko dari salah satu pengrajin tas47Pabrik Tas

56dan Herbal.
Kunjungan di kebun tanaman herbal.

9Herbal yang telah diolah dan siap dijual.

8
Banyak sekali yang teman-teman Sociopreneur dapat, selain ilmu bagaimana ternak, membuat home industry ataupun yang lainnya. Teman-teman juga mendapatkan link usaha untuk mengembangkan wirausaha yang sedang digeluti. Insya Allah bermanfaat.

 

Sumber : Social Entrepreneur Academy – DD

Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru Bogor

Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru Bogor

Media Online

108jakarta.com – Berlokasi di Jalan  Pulekan No. 31, RT.1 / RW.1, Ciampea, Bojong Jengkol, Ciampea, Bogor, Jawa Barat,  Desa Tegalwaru memiliki jumlah penduduk 12.123 jiwa dan sebagian besar berprofesi sebagai petani dan wirausaha.

Lingkungan yang asri didataran Gunung Salak Endah memberikan keuntungan bagi para petani dalam menggarap lahan pertaniannya.

Desa Tegal waru terdiri dari 6 RW dan 38 RT, dan masing-masing RW memiliki spesifikasi usaha masyarakat. Di RW 01 beberapa warga memilih alternatif pencaharian keluarganya sebagai pengrajin anyaman bambu dan bilik.

RW 02 terdapat pengrajin pandai besi dan pesanan golok ukir. RW 03 karena wilayahnya yang masih luas oleh lahan pertanian, menjadikan warga RW 03 ini menggarap lahan mereka dengan tanaman obat, buah dan tanaman hias.

RW 04 berbagai industri pembuatan selai kelapa dan pembiakan ikan patin. Dari limbah indusri selai kelapa, berpotensi melahirkan aneka usaha seperti briket arang, nata de coco dan aksesoris.

RW 05 pun terdapat industri rumahan berupa pengolahan kecap, cuka, saus dan minuman orson, walau menggunakan media produksi yang sangat sederhana, namun bisnis ini telah mampu memberikan pemasukan keluarga.

RW 06 masyarakat dominan sebagai pedagang dan tukang bangunan tapi di beberapa area terdapat budidaya tanaman DAS yang telah cukup diakui banyak pihak.

Suasana pedesaan yang asri ditambah bisnis berbasis home industri, menjadikan kampung  ini sebagai kampung wisata bisnis yang banyak dikunjungi wisatawan. (suh)

 

Sumber : 108 Jakarta

KAMPOENG WISATA BISNIS TEGALWARU

KAMPOENG WISATA BISNIS TEGALWARU

Media Online

Tour Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru

Tidak seperti  tempat wisata pada umumnya, Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) merupakan tempat wisata yang sangat unik, keunikannya bukan hanya sekedar kental akan nuansa pedesaanya, tapi di KWBT ini para wisatawan dapat belajar dan melihat langsung proses produksi dari sebuah usaha berbasis Home industry.
Nama Tegalwaru berasal dari sebuah nama sebuah desa  yang berada di kecamatan Ciampea  Kabupaten Bogor. Desa ini  terkenal sebagai lumbung berbagai  produksi pertanian serta wirausaha. Kehadiran Yayasan KUNTUM Indonesia (YKI) yang didirikan oleh Tatiek Kancaniati seorang Social entrepreneur Leader mampu mengangkat sector usaha kecil menengah (UKM) dengan memberikan bantuan pemodalan dan pendampingan usaha selama 3 tahun, selain itu memunculkan UKM dengan produk-produk baru hasil dari pengembangan modal social yang ada. Dari hasil pendampingan yang telah dilakukan lebih dari 3 tahun ini YKI membentuk KWBT melalui Kuntum Organizer merancang program wisata bisnis jadi bagi masyarakat yang ingin mengasah jiwa wirausahanya atau ingin mendapatkan inspirasi bisnis tempat KWBT adalah tempat yang pas untuk mendapatkan inspirasi tersebut.

Inspirasi Bisnis
Desa yang memiliki 6 RW dan 38 RT dengan jumlah penduduk lebih 12.123 jiwa yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan wirausaha. Secara monografi Desa Tegal Waru terdiri dari 6 RW dan 38 RT, dan masing-masing RW memiliki spesifikasi usaha masyarakat. Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan di RW 01 beberapa warga memilih alternatif pencaharian keluarganya sebagai pengarajin anyaman bambu dan bilik. RW 02 terdapat pengrajin pandai besi dan pesanan golok ukir. RW 03 karena wilayahnya yang masih luas oleh lahan pertanian, menjadikan warga RW 03 ini menggarap lahan mereka dengan tanaman obat, buah dan tanaman hias.
Beranjak dari RW 03, kita dapat melihat di RW 04 berbagai industri pembuatan selai kelapa dan pembiakan ikan patin. Dari limbah indusri selai kelapa, berpotensi melahirkan aneka usaha seperti briket arang, nata de coco dan hiasan/aksesoris.

Tak kalah di RW 05 pun terdapat industri rumahan berupa pengolahan kecap, cuka, saus dan minuman orson, walau mengunakan media produksi yang sangat sederhana telah memberikan income keluarga yang cukup menjanjikan. Kemudian terakhir di RW 06 masyarakat dominan sebagai pedagang dan tukang bangunan tapi di beberapa area terdapat budidaya tanaman DAS yang telah cukup diakui banyak pihak.

Tour KWBT
Dari berbagai jenis usaha berbasis UKM diatas, para wisatawan akan di perlihatkan berbagai proses produksi dari suatu produk yang dipilih, seperti rombongan wisatawan dari perumahan Darmaga cantik dan Griya melati saat libur sekolah kemarin, anak-anak selain diperlihatkan proses membuat adonan kerupuk, anak-anakpun diberi kesempatan untuk mencoba mencetak kerupuknya. Begitu juga dengan kunjungan ke Tanaman Obat, ibu Sutinah  sang pemandu mengajak para anak-anak untuk berkeliling di kebun tanaman obat yang luasnya hampir 1/5 hektar. Dengan seksama anak-anak mengamati satu demi satu tanaman obat serta khasiat yang terkandung dalam tanaman tersebut.

Setelah selesai keliling kebun anak-anak diminta untuk memetik bunga rosella dan langsung dipraktekan cara membuat sirup serta permen dari buah rosella. Nampak wajah-wajah penuh antusias dan semangat terpancar dari wajah mereka. Apalagi setelah sirup jadi mereka dapat langsung menikmati sirup dari buah Rosella tersebut. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke UKM – UKM yang lain.

Outbond On The Road
Mengasah fisik dengan berbagai sarana permainan tradisonal akan dihadirkan di KWBT ini, permainan langka yang nyaris jarang di mainkan seperti: main gelasin, gobak sodor, enggrang, main petak umpet dan permainan tradisional lainya akan menyemarakan wisata kampoeng ini. Selain itu anak-anak dapat merasakan mandi di air sungai yang jernih, memancing dan menagkap ikan di kolam, setelah itu bisa menyantap hasil ikan bakar dari hasil tangkapan ikan tersebut.

Kesenian Sunda
Suasana pedesaan yang asri akan semakin terasa dengan penampilan kesenian sunda berupa music kecapi dan pertunjukan golek si cepot, salah satu UKM yang sehari-harinya membuat Golek ini akan mempertunjukan cerita golek yang sangat mengasikan, selain itu anak-anakpun dapat berfoto bersama si cepot.

Banyak hal yang akan anda dapatkan jika berkunjung ke KWBT ini, selain nuasa pedesaan yang memberikan angin segar dari kepenatan suasana kota, andapun pulang dari KWBT akan mendapatkan jaringan dan inspirasi bisnis yang bisa anda terapkan dirumah anda sendiri. Mangga..Wilujeng Sumping di Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (Tk)

 

Sumber : Bobar Online

Tatiek persembahkan kampung wisata bisnis bagi UKM

Tatiek persembahkan kampung wisata bisnis bagi UKM

Media Online

Terdorong untuk memberdayakan pelaku UKM di desanya, Tatiek Kancaniati merintis pendirian Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Dikunjungi sekitar 6.000 orang, omzet total yang didapat pelaku UKM di Tegalwaru mencapai Rp 2 miliar per bulan.

Sejak 2007, Tatiek Kancaniati fokus melakukan pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil menengah (UKM) di Desa Tegalwaru, Ciampea, Kabupaten Bogor. Tatiek sendiri merupakan warga asli desa tersebut.

Ia tergerak memberdayakan para pengusaha kecil di desanya setelah beberapa kali mengikuti pelatihan social entrepreneur leader yang diadakan oleh Dompet Dhuafa. Pelatihan itu sendiri bertujuan untuk membangun jiwa entrepreneur. “Kebetulan suami saya bekerja di Dompet Dhuafa,” kata Tatiek.

Guna mempraktikkan hasil pelatihan itu, ia pun mendirikan Yayasan Kuntum Indonesia. Yayasan itu didirikan pada 2007. Lewat yayasan itu, dia mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk terlibat dalam usaha pembuatan tas anyaman bambu.

Setahun kemudian, ia juga merintis usaha produksi nata de coco. Usaha ini juga melibatkan warga desa setempat. Ide usaha ini didapat setelah ia melihat banyaknya limbah air kelapa di desanya. “Kebetulan di Tegalwaru ada pabrik selai kelapa. Nah, limbah air kelapanya saya manfaatkan untuk nata de coco,” kata Tatiek.

Selain dirinya sendiri, Tatiek juga mendorong warga lain di desanya untuk memproduksi nata de coco. Hingga saat ini, sudah ada tiga produsen nata de coco di Tegalwaru, termasuk Tatiek.

Selain nata de coco, ia juga memproduksi arang briket batok kelapa. Demi kemajuan usahanya, pada 2011 ia mengubah nama yayasannya menjadi Kuntum Organizer.

Melalui yayasan itu, Tatiek menggandeng para pemilik usaha lain di Tegalwaru untuk menjadikan desa mereka sebagai Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Kebetulan di Tegalwaru terdapat belasan unit usaha. Di antaranya usaha peternakan, perikanan, nata de coca, kerajinan tas, kerupuk, dan masih banyak lagi.

Tujuan mendirikan kampung wisata bisnis itu tidak lain untuk membantu mengatasi kendala pemasaran yang banyak dihadapi pelaku UKM di desanya. Upaya itu tidak sia-sia. Ia mengklaim, banyak orang kini mengunjungi desanya. “Kami memberikan pelatihan bagi para pengunjung yang datang,” ujarnya.

Setiap pengunjung dipungut bayaran Rp 25.000 untuk mengikuti pelatihan di satu bidang usaha tertentu, lengkap dengan praktik dan tutorial. Sepanjang tahun ini, Tegalwaru telah dikunjungi sekitar 6.000 orang. “Pengunjung datang dari Aceh hingga Papua, baik instansi pemerintah hingga mahasiswa untuk studi banding,” imbuh Tatiek.

Banyak juga pengunjung yang kemudian tertarik memasarkan produk UKM dari desa tersebut. Hasilnya? Tatiek bilang, total omzet yang didapat seluruh pelaku UKM di Tegalwaru kini mencapai Rp 2 miliar per bulan. Dengan jumlah penduduk mencapai 12.000 jiwa, sekitar 40%-nya kini terlibat di dalam kampung wisata ini.

 

Sumber : Kontan

Tegal Waru, Kampung Usaha Beromzet Rp 2,2 Miliar

Tegal Waru, Kampung Usaha Beromzet Rp 2,2 Miliar

Media Online

REPUBLIKA.CO.ID, Tatiek Kancaniati  pun membuat sistem penjualan produk Desa Tegal Waru secara online. Pengunjung kini dapat membuka situs tegalwarukreatif.com dan facebook untuk melihat beragam produk olahan rumah tangga khas Tegal Waru.

Dengan harga terjangkau, masyarakat bisa membeli hasil produksi dengan sistem delivery order.  Tak hanya itu, Tatiek kemudian membuat satu konsep kampung wisata wirausaha. Tegal waru pun memiliki brand Kampoeng Wisata Bisnis Tegal Waru.

Dia mulai mengundang warga luar untuk melihat dari dekat bagaimana kemandirian warga Desa Tegal Waru dengan usahanya yang heterogen. “Setiap bulan ada sekitar sepuluh kunjungan,”jelasnya.

Kebanyakan, kunjungan didominasi oleh pelajar. Dari anak SD hingga mahasiswa. Sesekali, tutur Tatiek, kaum ibu pun tidak mau ketinggalan untuk ikut belajar dari warga Tegal Waru.

Mereka datang tidak hanya dari Jawa Barat. Pengunjung juga berasal dari Cilegon dan Palembang. Bahkan, beberapa waktu lalu, perwakilan calon pensiunan polisi seluruh Indonesia mengunjungi Tegal Waru. “Mereka belajar untuk berwirausaha setelah pensiun nanti,”ujarnya.

Desa pun kian hidup. Saat ini, ada beberapa restoran dan rumah makan yang dibuka untuk melayani para pengunjung kampung wirausaha. Dari inovasi itu, Tatiek mengaku bisa meningkatkan omzet semua unit usaha di Tegal Waru hingga di angka Rp 2,2 miliar.

Tatiek juga bisa mereguk keuntungan dari pemasarannya lewat situs online. Jika sedang ramai, dalam sebulan, alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) itu mendapatkan bagi hasil hingga mencapai Rp 10 juta. “Berkisar Rp 6 juta hingga Rp 10 juta per bulan,”jelasnya.

Belum lagi dari hasil fee masuk para pengunjung Kampung Wisata Bisnis Tegal Waru. Dengan tiket masuk Rp 25 ribu per orang, Tatiek rata-rata bisa mendapatkan hingga Rp 10 juta. Hanya, pemasukan itu tak disentuh Tatiek. Menurutnya, pendapatan dari KWBT diperuntukkan membayar biaya operasional dan para trainer.

 

Sumber : Republika